Lagi-lagi, mata kita semakin akrab dengan propaganda-propaganda amatir
di media. Propaganda yang jikalau aku boleh berucap, propaganda yang
salah! Pikiranku cukup terganggu dengan tagline berupa: “yang penting
memakai jilbab”. Begitukah?
Ya, sekarang zaman memang sudah
modern. Jilbab dengan berbagai gaya dan warna tidak sulit kita cari di
mana pun. Mau model panjang, pashmina, jilbab paris, bahkan ada yang
bermodel dan diberi nama jilbab ninja atau jilbab maroko. Subhanallah
banyak. Pun juga wanita dan anak-anak remaja yang berjilbab, sudah kian
banyak di mall, masjid, kampus, sekolahan, kantor dan di tempat-teman
eksklusif juga ada. Sekarang tidak seperti dulu, jilbab kian
dimodifikasi oleh pembuat fashion, dipertontonkan modelnya. Sehingga
banyak wanita yang tertarik mengenakannya.
Dulu yang berjilbab itu
jarang, sedikit, minoritas, bahkan dilarang. Tidak seperti sekarang.
Wanita berjilbab semakin mudah kita temukan bukan? Dan dengan berjilbab
pula, kecantikannya tidak luntur sama sekali. Malah sekarang makin
diperhias dengan jilbab yang dililit ini itu, diberi bros yang
besar-besar, diperpendek, diperketat, diganti menjadi bahan yang
transparan/tipis guna agar menarik perhatian.
Wanita yang
berjilbab sekarang banyak yang menggunakan dalaman ninja, cukup dihias
sedikit dengan jilbab paris (yang hanya sebagai penghias tentunya).
Tidak rapi padahal. Tapi memang sangat terlihat modis, fashionable,
lebih feminim atau apa pun lah namanya. Bahkan aku pernah melihat model
tutorial jilbab, di mana jilbab paris itu seakan-akan dibuat seperti
rambut, dililit-lilit kemudian diberi pita, atau semacam dikepang.
Cantik memang.
Kemudian wanita-wanita yang berjilbab tersebut
tidak segan mengenakan kaos ketat atau celana/rok kaos yang juga
menjiplak. Ditambah gelang besar. Disempurnakan dengan gelang kaki atau
high heels tinggi yang warnanya kontras dengan busananya. Sekali lagi,
cantik memang.
Namun, apakah begitu Islam mengajarkan cara
berpakaian pada kita? Begitukah yang tertulis di Al-Qur’an kitab kita,
Ukhti? Hingga kita lupa, bahwa seharusnya kerudung kita itu menutup
hingga ke dada. Bahwa seharusnya, telapak kaki kita juga aurat dan harus
juga dibungkus dengan kaos kaki. Bahwa Al-Qur’an mengajarkan untuk
menutup aurat kita, bukan cuma membalut aurat. Sadarkah kita bahwa kita
telah terhipnotis fashion buatan manusia perusak? Bahwa seharusnya kita
tidak mempertontonkan kecantikan dan perhiasan kita untuk yang bukan
muhrim.
Sebaiknya kita merenungi mulai dari hal sepele ini, yaitu
pakaian kita. Jika hal-hal sepele seperti ini saja pikiran kita tercuci,
apalagi hal-hal yang lain. Dengan tagline, “yang penting menutup aurat
kan, daripada engga berjilbab sama sekali”. Menutup yang mana jikalau
lekukan leher mu masih kelihatan Ukhti? Jikalau kamu tambahkan sesuatu
ke dalam jilbab mu sehingga bentuknya seperti punuk unta. Aurat mana
yang dirimu tutup ukhti? Jikalau keindahan kakimu masih tersingkap oleh
mata-mata nakal. Jikalau dada mu masih menantang. Jikalau bajumu semakin
dipendekkan. Aurat mana yang dirimu tutup ukhti?
Semoga kita
tetap istiqamah di jalan-Nya. Berpegang teguh dengan Al-Qur’an. Taat
akan perintah-perintah-Nya. Hingga hati ini tak ragu lagi berkata,
Begini lah Jilbab kita Ukhti! Tertutup, longgar dan panjang. Tidak
transparan. Tidak menarik perhatian. Tidak mencetak perhiasan kita, dan
akan selalu kita lestarikan demi adik dan anak-anak kita kelak. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar