Selasa, 10 Juni 2014

Beginilah Jilbab Kita Ukhti

Lagi-lagi, mata kita semakin akrab dengan propaganda-propaganda amatir di media. Propaganda yang  jikalau aku boleh berucap, propaganda yang salah! Pikiranku cukup terganggu dengan tagline berupa: “yang penting memakai jilbab”.  Begitukah?
Ya, sekarang zaman memang sudah modern. Jilbab dengan berbagai gaya dan warna tidak sulit kita cari di mana pun. Mau model panjang, pashmina, jilbab paris, bahkan ada yang bermodel dan diberi nama jilbab ninja atau jilbab maroko. Subhanallah banyak. Pun juga wanita dan anak-anak remaja yang berjilbab, sudah kian banyak di mall, masjid, kampus, sekolahan, kantor dan di tempat-teman eksklusif juga ada. Sekarang tidak seperti dulu, jilbab kian dimodifikasi oleh pembuat fashion, dipertontonkan modelnya. Sehingga banyak wanita yang tertarik mengenakannya.
Dulu yang berjilbab itu jarang, sedikit, minoritas, bahkan dilarang. Tidak seperti sekarang. Wanita berjilbab semakin mudah kita temukan bukan? Dan dengan berjilbab pula, kecantikannya tidak luntur sama sekali. Malah sekarang makin diperhias dengan jilbab yang dililit ini itu, diberi bros yang besar-besar, diperpendek, diperketat, diganti menjadi bahan yang transparan/tipis guna agar menarik perhatian.
Wanita yang berjilbab sekarang banyak yang menggunakan dalaman ninja, cukup dihias sedikit dengan jilbab paris (yang hanya sebagai penghias tentunya). Tidak rapi padahal. Tapi memang sangat terlihat modis, fashionable, lebih feminim atau apa pun lah namanya. Bahkan aku pernah melihat model tutorial jilbab, di mana jilbab paris itu seakan-akan dibuat seperti rambut, dililit-lilit kemudian diberi pita, atau semacam dikepang. Cantik memang.
Kemudian wanita-wanita yang berjilbab tersebut tidak segan mengenakan kaos ketat atau celana/rok kaos yang juga menjiplak. Ditambah gelang besar. Disempurnakan dengan gelang kaki atau high heels tinggi yang warnanya kontras dengan busananya. Sekali lagi, cantik memang.
Namun, apakah begitu Islam mengajarkan cara berpakaian pada kita? Begitukah yang tertulis di Al-Qur’an kitab kita, Ukhti? Hingga kita lupa, bahwa seharusnya kerudung kita itu menutup hingga ke dada. Bahwa seharusnya, telapak kaki kita juga aurat dan harus juga dibungkus dengan kaos kaki. Bahwa Al-Qur’an mengajarkan untuk menutup aurat kita, bukan cuma membalut aurat. Sadarkah kita bahwa kita telah terhipnotis fashion buatan manusia perusak? Bahwa seharusnya kita tidak mempertontonkan kecantikan dan perhiasan kita untuk yang bukan muhrim.
Sebaiknya kita merenungi mulai dari hal sepele ini, yaitu pakaian kita. Jika hal-hal sepele seperti ini saja pikiran kita tercuci, apalagi hal-hal yang lain. Dengan tagline, “yang penting menutup aurat kan, daripada engga berjilbab sama sekali”. Menutup yang mana jikalau lekukan leher mu masih kelihatan Ukhti? Jikalau kamu tambahkan sesuatu ke dalam jilbab mu sehingga bentuknya seperti punuk unta. Aurat mana yang dirimu tutup ukhti? Jikalau keindahan kakimu masih tersingkap oleh mata-mata nakal. Jikalau dada mu masih menantang. Jikalau bajumu semakin dipendekkan. Aurat mana yang dirimu tutup ukhti?
Semoga kita tetap istiqamah di jalan-Nya. Berpegang teguh dengan Al-Qur’an. Taat akan perintah-perintah-Nya. Hingga hati ini tak ragu lagi berkata, Begini lah Jilbab kita Ukhti! Tertutup, longgar dan panjang. Tidak transparan. Tidak menarik perhatian. Tidak mencetak perhiasan kita, dan akan selalu kita lestarikan demi adik dan anak-anak kita kelak. Aamiin.

>> @dakwatuna

Rabu, 04 Juni 2014

Dengan Siapa Kita Menikah?

Tidak ada lagi kebahagiaan dunia jika kita sudah temukan imam yang dapat mengajak tinggal disurga, bahkan menjadikan dunia seperti surga sebelum kita menginjakkan kaki di surga sesungguhnya.

Nanti, jika telah dipertemukan Allah dengan jodoh, urusan tidak lantas menjadi selesai. Kita harus berjuang untuk menjadi pasangan dunia-akhirat. Karena semua harus dijalani dengan kesamaan frekuensi dalam keimanan, kesabaran, ketaatan pada Allah selama di dunia. Jika satu saja berbelok dari ketaatan dan tujuan surga, maka bisa jadi dua orang pasangan dunia tak menjadi pasangan akhirat.
Duh, berat juga yaa.. takut karena dunia begitu melenakan sehingga membuat kita lupa akan cita-cita surga.

Jadi teman, mari jemput dan pantaskan diri untuk lelaki yang memiliki impian dan keinginan yang begitu besar akan surga, karena jika bertemu lelaki seperti ini, insyaAllah semua langkah hidup, pilihan, keputusan untuk diri dan keluarganya akan disandarkan pada Allah pemilik surga. Jangan hanya mencari lelaki hanya karena mapan, prestise, dan kemuliaan yang dicanangkan orang, namun hatinya tidak dekat dengan Allah, tidak dekat dengan mesjid, tidak dekat dengan orang dhuafa. Karena lelaki seperti ini hanya akan membuat tersenyum saat dunia namun menangis di akhirat kelak. astaghfirullah.
Yakinlah bahwa Allah takkan pernah salah, Allah akan hadirkan pasangan terbaik kala ruhiyah kita ada dalam keadaan mencintai Allah dengan amat sangat.
berbicara pernikahan bukan sesuatu yang melow. Karena menikah adalah salah satu pencapaian sempurnanya akidah, setengah dan kita sempurna dengan menikah. Maka jika kita tidak sungguh-sungguh merancang ini untuk masa depan surga kita, apalah jadinya nasib kita di akhirat nanti ?

Tidak perlu takut, jangan menyerah, Allah bersama hambaNya yang gigih berjuang mengharap ridhaNya. aamiin.